DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol dikembangkan pada tahun 1993, dengan menggunakan BOOTP sebagai protokol pendukung. BOOTP didasarkan pada UDP, karena itu BOOTP bukan protokol "reliable" dalam hal ini tidak ada jaminan yang dilakukan oleh protokol bahwa pesan yang di kirim dari klien akan sampai pada server, atau sebaliknya.
Tiga Protocol yang pernah dipakai untuk penanganan IP secara dinamis :
- RARP (Reverse Address Resolution Protocol)
Protokol RARP digunakan hanya sampai dengan tahun 1985.
RARP didisain untuk memecahkan masalah mapping alamat dalam sebuah mesin/komputer di mana mesin/komputer mengetahui alamat fisiknya namun tidak mengetahui alamat logikanya. Cara kerja RARP ini terjadi pada saat mesin seperti komputer atau router yang baru bergabung dalam jaringan lokal, kebanyakan tipe mesin yang menerapkan RARP adalah mesin yang diskless, atau tidak mempunyai aplikasi program dalam disk. RARP kemudian memberikan request secara broadcast di jaringan lokal. Mesin yang lain pada jaringan lokal yang mengetahui semua seluruh alamat IP akan akan meresponsnya dengan RARP reply secara unicast. Sebagai catatan, mesin yang merequest harus menjalankan program klien RARP, sedangkan mesin yang merespons harus menjalankan program server RARP. Lihat Gambar berikut.
- BOOTP (Bootstrap Protocol) (1985-1993)
BOOTP pertama kali ditetapkan pada September 1985 di RFC 951 sebagai pengganti RARP (Reverse Address Resolution Protocol). Motivasi utama untuk mengganti RARP dengan BOOTP adalah bahwa RARP adalah protokol Link Layer. Sehingga membuat implementasi menjadi sulit di banyak platform server, dan mengharuskan server ada di setiap subnet IP individu . BOOTP memperkenalkan inovasi agen relai, yang meneruskan paket BOOTP dari jaringan lokal menggunakan Routing IP standar, sehingga satu server BOOTP dapat melayani host di banyak subnet.
BOOTP adalah sebuah protocol yang dapat membuat sebuah mesin tanpa disk/diskless dapat mengetahui IP addressnya sendiri, addres dari host server, dan nama file untuk diisikan pada memori dan dieksesusi. operasi bootstrap bisa dibilang memiliki 2 fase yaitu fase "penentuan alamat dan seleksi bootfile" dan "fase transfer file". File transfer secara garis besar menggunakan protocol TFTP, karena protocol ini ingin kedua fase tersebut ada pada ROM pada client. Namun BOOTP juga dapat bekerja dengan protocol lain seperti SFTP atau FTP.
Bootstrap Protocol (BOOTP) dapat membuat sebuah client / workstation untuk melakukan initialisasi (proses booting pada komputer) dengan IP Stack yang minimal sehingga mendapatkan IP Address, alamat Gateway, dan alamat Name server dari sebuah BOOTP server. BOOTP spesifikasi bisa dilihat di RFC 951 – bootstrap protocol.
Proses BOOTP antara lain:
- Client mendeteksi alamat fisik jaringan pada sistemnya sendiri, biasanya berada di ROM pada interface.
- BOOTP celint mengirimkan informasi alamat fisik jaringannya ke server dengan menggunakan protokol UDP pada port 67.
- Server menerima pesan dari client dan mencatat informasi alamat fisik client, kemudian membandingkan dengan data yang ada diserver. Apabila data yang dicari ada maka server akan memberikan IP address kepada client melalui port 68 protokol UDP.
- Ketika client menerima reply dari server, client akan mencatat record alamat IP kemudian melakukan proses bootstrap.
Kelebihan BOOTP:
- Tidak perlu harddisk, karena dapat digantikan perannya oleh Ethernet card dan BOOT Lan
- Memiliki log file sehingga dapat dilihat sewaktu-waktu penyebab error dengan melihat log file tersebut.
Kelemahan BOOTP:
- Harus dilakukan secara manual sehingga resiko menimbulkan masalah cukup besar
- Pengiriman pesan yang tidak dapat diandalkan karena menggunakan UDP
- OS sekarang misalnya Windows sudah tidak memasukkan BOOTP dalam konfigurasi jaringannya
- DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
- Digunakan sejak 1993 sampai sekarang